Setiap masuki bulan Rajab, setiap muslim dan kita semua akan teringat kembali dengan peristiwa yang agung yang dialami oleh nabi yang agung pula, yakni Isro’ dan Mi’roj nabi Muhammad SAW. Bagi nabi SAW yang pada saat itu beliau mengalami kesedihan dengan ditinggalkan orang yang ia cintai yakni Abu Thalib (paman) dan Siti Chodijah (istri Nabi SAW). Sehingga pada tahun tersebut disebut dengan tahun kesedihan atau ‘amul huzni.
Maka para ulama mengaitkan peristiwa yang agung itu dengan tahun kesedihan sebagai hiburan tersendiri atau obat kesedihan bagi Rosulullah SAW. Bagaimana tidak terhibur jika kita saja kalau sedang sedih lalu diajak jalan-jalan oleh orangtua kita atau saudara kita yang kita cintai maka kesedihan yang dialami akan terobati. Begitu juga Isro’ dan Mi’raj yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW.
Namun tidak dipungkiri bahwa peristiwa ajaib yang terjadi dialam semalaman yakni perjalanan dari Masjidil Harom (Makkah) ke Masjidil Aqsho (Palestina) lalu dari Masjidil Aqsho ke langit paling atas (sidratul muntaha) juga menguji keimanan kaum muslimin dan masyarakat pada saat itu.
Marikah kita berkaca kepada sahabat nabi SAW yaitu Abu Bakar Shidiq RA, ketika diberitahukan tentang peristiwa tersebut, bahwa jangan kan peristiwa itu jika ada yang lebih besar pun beliau pasti akan meyakini dan mengimani karena Allah Maha Kuasa atas hamba dan ciptaan-Nya.
Maka Allah berfirman sebagaimana dalam surat Al-Isro’ ayat 1.
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.”
Wallahu ‘alam
Leave a Comment